Judul: Takbir
Rindu di Istanbul
Nama
Penulis: Pujia Achmad
Tempat
Terbit: Jakarta
Penerbit: Puspa
Populer
Tahun
Terbit: 2013
Keterangan
edisi: Cetakan Pertama
Halaman:
324 hlm
Assalamu’alaikum wr.wb
Kali ini aku bakal
men-sinopsis-kan sebuah novel yang sebenarnya sudah lama tamat membacanya. Tapi
karena cerita nya sangat menarik dengan latar Turki, Belanda dan Indonesia,
akhirnya aku membaca lagi untuk mengumpulkan sisa-sisa ingatan. Dan lalu
merangkumnya dalam sebuah synopsis.
maafkan gambar novelnya yang kurang rapi yaaa..huhuu |
Novel dengan 324 halaman
ini memiliki tokoh yaitu Zaida, Ilham, Salman, Hamidah, Nadia, Fara, Putri,
dll.
Ialah Zaida yang menjadi
tokoh utama dalam novel ini. Zaida baru saja mengurus berkas-berkas pengajuan
beasiswa arsitektur nya ke Belanda. Sambil menunggu hasil apakah Zaida
mendapatkan beasiswa itu atau tidak, ada seorang lelaki saleh yang meminangnya.
Lelaki ini merupakan teman sekampus Zaida dan mereka sama-sama aktif di rohis.
Zaida memang telah lama mengaguminya. Begitupun dengan Ilham, nama lelaki yang
melamar Zaida.
Namun, Zaida tidak
langsung menerima lamaran itu karena ia juga ingin meneruskan kuliahnya ke
Belanda. Apalagi setelah Zaida di terima untuk pengajuan beasiswa tersebut. Ia
bertambah bimbang. Setelah meminta waktu 1 minggu untuk memberi jawaban, akhirnya
Zaida mendapat petunjuk lewat istiqarahnya. Ia akan menerima lamaran Ilham dan
melupakan Beasiswanya ke belanda.
Namun, ternyata semua
tidak semanis yang Zaida bayangkan. Karena pada akhirnya Zaida memutuskan untuk
menolak lamaran Ilham melalui sepucuk surat setelah ia tau bahwa faktanya Ilham
telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan Hamidah. Hamidah yang merupakan
seorang hafidzah dan anak seorang ustadz ternama. Hati Zaida hancur, ia tidak
ingin dibanding-bandingkan dengan seorang Hamidah yang cantik dan juga
hafidzah. Ia merasa tak sebanding.
Di dalam kegalauan
hatinya, akhirnya ia memutuskan untuk mondok dan menjadi penghafal qur’an.
Namun sebelum resmi menjadi santri, Zaida harus mengikuti ujian menghafal. Jika
ia gagal, maka hanya boleh 1 kali perbaikan. Zaida menghafal dengan cepat
karena ia memang pintar. Namun tak disangka, 1 hari sebelum hari ujian itu, Hamidah
datang ke pondoknya Zaida untuk memotivasi para santri dalam menghafal. Hamidah
tidak tau siapa Zaida. Zaida yang merupakan wanita yang dicintai oleh calon
suaminya. Luka Zaida yang hampir sembuh kembali menganga. Zaida blank
setelah melihat aslinya Hamidah seperti apa. Dan ujian tahfidz Zaida
berantakan.
Di beri kesempatan untuk
perbaikan, Zaida kembali memperbaikin hafalanya. Namun, lagi-lagi ketika ia mau
ujian, ternyata Ilham yang datang lagi ke pondok itu bersama keluarganya. Zaida
bertemu dengan Ilham. Ada sedikit perasaan bahagia di hati Ilham. Namun ternyata
tujuan Ilham datang kepondok itu adalah untuk meminta pemilik pondok menjadi
saksi dalam ijab Kabul Zaida dan Hamidah. Hati Zaida kian bertambah hancur. Dan
hafalanya lagi-lagi buyar dan ia tidak lolos masuk pondok.
Zaida terpuruk. Ia ingin
menghafal di rumah saja. Namun, ibunya melarang dan menganjurkan Zaida untuk
kembali mengambil beasiswa ke Belanda. Dan akhirnya Zaida membongkar kembali
berkas-berkas yang sudah di simpan nya. Zaida berangkat ke Belanda.
Di Belanda, Zaida banyak
menemukan pengalaman baru. Di Belanda, ia berhasil membuat Jansen mementapkan
hidayahnya, lalu masuk Islam. Dan ia juga yang membantu sehingga pada akhirnya
Jansen berhasil membujuk orang tua Zahra untuk menerima lamaranya. Meski usia
jansen dan Zahra terpaut jauh. Di Belanda juga Zaida berhasil mempersatukan
Shintya dan Wim dalam ikatan sah pernikahan. Padahal sebelumnya mereka tinggal
1 rumah tanpa status. Karena Wim tidak ingin masuk Islam sementara ia sangat
mencintai Shintia.
Dan di Belanda pula, Zaida
bertemu dengan seorang teman yang kemudian menjadi sahabatnya. Yaitu
putri. Putri juga seorang hafidzah dan
ia juga yang membantu Zaida untuk menghafal Al-Qur’an.
Waktu terus berjalan.
Hari itu, Kota Den Haag sangat ramai. Hari perkumpulan seluruh para aktivis
kampus yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Perhelatan akbar dari
perkumpulan pelajar Indonesia. Zaida dan Putri aktif dalam PPI Belanda. Dan
disanalah Zaida bertemu dengan Salman. Zaida dan Salman dulu pernah berada
dalam 1 kegiatan. Salman sekarang kuliah di Yordania, Fakultas Kedokteran.
Sementara itu, sahabat Zaida yaitu Putri, teryata diam-diam mengagumi Salman.
Padahal Zaida juga mengagumi Salman. Kedekatan Salman dan Putri semakin dekat
setelah mereka perdua terpilih menjadi ketua dan wakil ketua PPI sedunia.
Lagi-lagi hati Zaida perih. Ia kembali teringat Hamidah. Iya, Putri juga
seorang hafidzah. Sama seperti Hamidah.
Namun tak disangka,
ternyata Salman menyukai Zaida. Dan ia membawa orang tuanya untuk melamar
Zaida. Dan dalam waktu dekat mereka akan menikah sebelum orang tua Salman
pulang ke Indonesia.
Namun putri menghilang
setelah tau lamaran itu. Ia merasa sakit. Merasa dikhianati oleh Zaida, sahabat
yang sudah seperti saudaranya sendiri. Dan setelah meminta pertimbangan sama
keluarganya di Indonesia, akhirnya Zaida menerima lamaran itu. Meski orang tua
Zaida tidak bisa datang ke Belanda, namun Paman Zaida yang akan menjadi
walinya.
Dan ketika hari
pernikahan di atas perahu yang romantic itu akan berlangsung, Surprise
diberikan oleh ayah Salman untuk Zaida. Ibu Zaida dan dua adiknya datang ke
Belanda. Dan tak lama Putri pun datang. Hati Zaida begitu bahagia. Hilanglah
sudah kesalahfahaman di antara Zaida dan Putri.
Zaida memasuki babak baru
sebagai seorang istri. Salman pindah ke Rotterdam, Belanda. Bersama Zaida. Ia
bekerja disebuah rumah sakit. Namun, ujian kembali datang. Anak bos Salman
menyukai Salman dan dengan alasan yang tidak logis, Salman dipindahkan tugas
menjadi sekretaris Marijne. Nama anak bos tersebut. Ia bertugas mengajari
Marijne bahasa Indonesia dengan alasan Marijne akan menjalin kerja sama dengan
Indonesia. Salman merasa tidak nyaman lalu resign.
Salman menjadi seorang
pencari kerja dengan mengajukan surat lamaran dimana-mana. Padahal kala itu
Zaida tengah hamil. Lalu ada surat lowongan pekerjaan masuk ke dalam kotak
surat rumah mereka. Dan Salman pergi ke alamat sesuai dengan surat yang
dimaksud. Dan ia diterima. Salman bekerja pada sebuah klinik yang sesuai dengan
keahlianya. Ekonomi mereka kembali membaik .
Ujian kembali terjadi.
Terjadi kesalahfahaman antara Zaida dan Salman ketika mereka telah mempunyai
anak. Salman bertugas ke Turki tanpa
memberi tau Zaida. Ia merasa telah dibohongi oleh Zaida. Padahal itu hanya
salah faham saja. Zaida tidak berbohong. Banyak faktor yang menjadi pertanyaan
besar Salman. Ia menemukan surat balasan Ilham sewaktu Zaida menolak lamaran
nya. Dan surat itu masih disimpan oleh Zaida. Salman cemburu. Belum lagi hasil
tes laboratorium yang di klinik tersebut menunjukan bahwa Salman mandul. Ia
sedikit menjadi ragu pada istrinya. Karena buktinya mereka punya anak.
Sudah lebih 14 hari
Salman tiada berkabar. Lalu ia memutuskan untuk menyusul Salman di Turki. Tak disangka,
ia bertemu dengan Hamidah dan Ilham di Blue Mosque, Turki. Di Turki, Hamidah
dan Ilham tinggal. Mereka harus merawat nenek Hamidah yang sakit. Mereka belum
mempunyai anak karena ada sedikit masalah terhadap kandungan Hamidah. Lalu
hamidah dan Ilham mengajak Zaida ke rumah mereka yang besar untuk istirahat.
Dengan segala pertimbangan akhirnya Zaida mau. Di rumah ini Zaida malah melihat
Ilham dan Hamidah yang seakan-akan ingin menunjukan kemesraan mereka. Karena
tidak tahan, akhirnya Zaida kabur dari rumah tersebut lalu mencari Salman. Ia
menyewa sebuah tempat yang murah dan dekat dengan Blue mosque. Ia masih juga
belum menemukan Salman. Disinilah ia benar-benar menangis. Kenapa Salman tega
meninggalkan dia dan anaknya tanpa kabar. Ia benar-benar rindu. Dan akhirnya ia
kembali lagi ke rumah Hamidah. Ia akan kembali ke Rotterdam 1 jam lagi.
Dan ternyata Salman
datang ke rumah Ilham karena mereka memang ada janji untuk membujuk Hamidah
berobat. Ilham tidak tau bahwa Salman adalah suami Zaida. Begitupun Salman.
Akhirnya Zaida dan Salman bertemu.
Disanalah akhirnya semua
jelas. Ilham menjelaskan semua kesalahfahaman tentang surat itu. Ilham juga
bercerita ia mengalami masalah yang sama. Hamidah membaca surat dari Zaida
ketika lamaranya ditolak. Akhirnya mereka sama-sama mengerti dan memaklumi
bahwa semua itu hanyalah masa lalu.
Zaida dan Salman kembali
ke belanda. Di Belanda, Salman mencari tau tentang hasil lab nya yang
menunjukan bahwa ia positif mandul. Benar saja. Ternyata hasil lab. Salman
telah ditukar oleh Direktur Utama klinik tersebut. Yaitu Marijne. Anak bos yang
dulu mengaguminya. Marijne minta maaf dan berjanji tidak akan mengganggu mereka
lagi.
Sementara Ilham, istrinya
mau berobat ke Jerman. Dan ia hamil. Tiba pada masa melahirkan, istri Ilham
kehilangan banyak darah dan ia tak tertolong. Tetapi anak mereka bisa
diselamatkan. Zaida dan Salman pun menjenguk Ilham ke Turki. Lalu Zaida menawarkan
diri untuk saat itu Zaida yang merawat anak Ilham. Lalu Ilham mengizinkan. Tak
lama kemudian, Ilham kembali menjemput anaknya di Belanda.
Dan disinilah juga, Zaida
menawarkan kepada Ilham seorang ibu untuk anaknya yang masih kecil. Zaida hanya
tidak ingin anak ini kehilngan kasih sayang seorang Ibu. Zaida menawarkan Nadia.
Adik nya yang baru saja bercerai karena Nadia salah pilih suami. Ia Merasa
Nadia cocok untuk menjadi Ibu anaknya Iham. Karena Nadia penyayang dan sangat
menyukai anak kecil. Hati Ilham sakit. Zaida dulu menolak lamaran nya dan lalu
sekarang meminta dia untuk menikahi adiknya.
Tak lama, akhirnya dapat
kabar bahwa ilham akan menikahi Nadia karena orang tua ilham juga setuju. Lalu
kehidupan keluarga mereka ini pun hidup bahagia. Meskipun Zaida dan Ilham tidak
bisa bersatu menjadi suami istri, namun mereka sekarang tetap bersatu berada di
dalam satu keluarga.
Tidak ada komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar yang baik-baik ya teman-teman. :-)